100 Hari Kerja BEM : BEM Hadirkan Hal Baru


Menghadirkan BEM KM PKN STAN yang peka, berperan aktif, solutif serta menjadi medium kolaboratif bagi berbagai macam energi keberagaman yang ada di PKN STAN merupakan empat poin utama yang ingin Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) 2019 capai. Bersama susunan kabinet yang dinamai “Kabinet Bumi Angkasa”, bagaimana Ma’ruf-Yudhi mewujudkan keempat poin tersebut?

Menjadi kandidat tunggal dalam PEMIRA 2018 tidak menghalangi Ma’ruf-Yudhi untuk semakin meningkatkan kualitas kinerja BEM. Di bawah pemerintahan mereka, BEM 2019 berani menciptakan suatu inovasi dengan menghadirkan tiga Kementerian baru. Di antaranya ialah pemekaran dari Kementerian Pendidikan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (PPSDM) menjadi dua Kementerian yang berbeda yaitu Kementerian PSDM dan Kementerian Pendidikan dan Keilmuan (PK), serta kementerian baru yaitu Kementerian Internal dan Advokasi Kemahasiswaan (Interaksi) dan Kementerian Ekonomi Kreatif (Ekraf). 

Dengan jumlah dua belas Kementerian, Ma’ruf-Yudhi yakin empat poin utama yang ingin dicapai BEM dapat direalisasikan melalui program-program kerja yang ada pada masing-masing kementerian.


10 Main Platforms BEM :
Ma’ruf Gustomo selaku Presiden Mahasiswa BEM 2019 memaparkan sepuluh program kerja besar yang telah dilaksanakan selama 100 hari kerja, salah satunya yakni proses kawal Pemilu oleh Kementerian Republik. Berkoordinasi dengan Komisi Pemilihan Umum (KPU), BEM memfasilitasi pelayanan form A5 bagi seluruh mahasiswa PKN STAN, melakukan sosialisasi melalui berbagai macam media sosial maupun langsung dari pihak KPU, dan melakukan pengawalan ketika Pemilu berlangsung. 

BEM juga telah mengadakan Pemberangkatan Delegasi OPTK oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga. Pejuang Kebaikan menjadi inovasi baru dari Kementerian Sosial dengan berbagai kegiatan. Tidak hanya terbatas dalam lingkup internal PKN STAN seperti membersihkan lingkungan kampus, menyediakan hand sanitizer, dan melakukan peminjaman telepon seluler bagi pihak yang mengalami kerusakan atau kehilangan, program kerja ini juga menjangkau eksternal PKN STAN seperti mengajar TPA dan sekolah-sekolah di sekitar PKN STAN, berkunjung ke lapak Sarmili, membersihkan lingkungan kampung sekitar seperti Kalimongso, bekerja sama dengan Stapala menghias gang masuk Sarmili, serta mengadakan lomba memasak dengan warga di Sarmili. Hal ini mampu menyatukan kembali kedekatan antara warga dengan mahasiswa yang telah lama hilang. 

Sementara itu, Kementerian PSDM menghadirkan inovasi berupa Comitee Training Center (CTC) yang membagi ilmu mengenai skill dalam kegiatan kepanitiaan bagi mahasiswa. Program BEM Menyapa hadir dengan mengundang Ketang Union, Organda Union, dan Ketang Garuda oleh Kementerian Interaksi. Dari Kementerian Seni dan Budaya, Attraction tetap diadakan sebagai proker utamanya. 

Selanjutnya, Pengelolaan Media Creative dilaksanakan oleh Kementerian Komunikasi & Informasi. BEM Taat Pajak, yakni pembayaran pajak oleh BEM terhadap hasil kegiatan wirausaha mereka, pengawasan internal pada kepanitiaan agar melaporkan keuangannya secara riil, serta memberi reward pada kepanitiaan yang surplus anggarannya adalah terobosan baru oleh Kementerian Keuangan.  Di pihak lain, Kementerian Ekonomi Kreatif mengadakan E-Craf Kitchen untuk mendorong alternatif pendanaan, Kementerian PK mengadakan Financial Page mengenai kajian ilmu keuangan dan perekonomian, Kementerian Sekretariat Jenderal berfungsi mengurus permohonan pemberangkatan delegasi OPTK dan pelayanan kesekretariatan lainnya melalui “Stasiun Angkasa”, serta pembinaan UKM yang menjadi kewajiban BEM.

Menilai Kinerja BEM :

BEM Terlalu Mendominasi?

Dalam 100 hari kerja, peran BEM terasa hadir secara nyata Agung Gita Pangestu, perwakilan BLM menilai kinerja BEM sampai tiga bulan ini sangat memuaskan. Menurutnya, BEM berani melalui hal-hal baru yang sebelumnya jarang dieksekusi oleh kepemimpinan sebelumnya. Namun, eksistensi BEM dirasa "terlalu mendominasi". Sinar BEM dinilai terlalu terang sehingga kinerja Badan Kelengkapan (BK) yang ada di bawah BEM maupun yang setara dengan BEM seperti BLM tidak terlalu nampak. “Sebagai PR ke depannya, mungkin BEM bisa memberikan lampu untuk BK yang lain melalui fungsi kordinasi dan sebagainya. Sehingga BEM dan BK lainnya dapat sama-sama bersinar terang,” saran Agung.


Bagaimana BEM menghadapi isu Orsa sepi?

Mahasiswa sebagai SDM yang menjadi motor penggerak kegiatan perlu dikelola secara baik, terlebih dengan beragam kegiatan kepanitiaan yang ada menuntut PKN STAN untuk memiliki mahasiswa yang mampu menjadi SDM yang berkualitas. BEM sebagai medium kolaboratif hadir membawa suatu kegiatan perekrutan SDM, yaitu melalui Open Recruitment Bersama (Orsa). Akan tetapi, berdasarkan survei oleh pihak Media Center, dapat disimpulkan bahwa Orsa sepi peminat. Hal ini dibenarkan oleh beberapa koordinator pelaksana kegiatan-kegiatan yang ada di PKN STAN, sehingga menyebabkan terjadi close recruitment. 

Berdasarkan data survei tersebut rata-rata penyebab sepinya Orsa adalah berkurangnya minat mahasiswa untuk mengikuti open recruitment (oprec) dengan rumitnya persyaratan oprec itu sendiri. Penyebab lain adalah ketidakjelasan SKPM, yang mana merupakan motivasi mahasiswa untuk mengikuti kegiatan-kegiatan non akademik. 

Menanggapi pernyataan tersebut, Yudhi, Wakil Presiden BEM menjelaskan bahwa BEM ingin mencoba menerapkan sistem pemerataan dengan membuat peraturan umum dan peraturan khusus. Proses yang sedikit rumit, apalagi kebiasaan mahasiswa yang kurang minat membaca dan mencermati aturan menjadi tantangan tersendiri bagi BEM. “Tujuan sebenarnya dari adanya peraturan yang rumit itu ialah pemerataan. Jadi jika sudah masuk disini, tidak bisa lagi masuk ke yang lain,” ujar Yudhi. Ia juga kurang setuju dengan penyataan kurangnya SDM, karena dari empat kegiatan yang ia ketahui tedapat sekitar 400 pendaftar, hanya saja mungkin di beberapa bidang kepanitiaan kurang terpenuhi. 

Berbeda dengan Yudhi, Rama Bhaskara selaku Menteri PSDM membenarkan penyataan terkait adanya kekurangan SDM. Dapat dilihat dari jumlah pendaftar batch kedua kegiatan CTC yang berkurang drastis dari batch pertama. “Dari 400 orang pendaftar berkurang menjadi 41 orang, jadi benar-benar berkurang minat mahasiswa PKN STAN untuk ikut oprec. Saya pribadi gak tau alasannya. Mungkin akibat iklim kampus yang berubah, seperti tidak adanya kisi-kisi,” tutur Rama. Setelah dievaluasi, kebanyakan mahasiswa beranggapan bahwa lebih baik belajar daripada mengikuti kepanitiaan.

Di sinilah peran BEM hadir untuk memunculkan kembali minat mahasiswa untuk mengikuti kepanitiaan melalui program kerja Kementerian PSDM yaitu CTC. Rama menjelaskan bahwa CTC bukanlah jembatan mahasiswa agar otomatis diterima dalam suatu kepanitiaan. Peranan CTC hanya sebagai medium pembantu. Jadi, diadakannya CTC merupakan langkah BEM untuk memupuk SDM atau bahkan membentuk SDM yang memang disiapkan untuk mengikuti oprec, sehingga peserta nantinya akan mendapat nilai plus tersendiri. Terbukti dari 20 peserta, terdapat 10 peserta yang berhasil diterima oprec kepanitiaan.

Sudah ada Stasiun Angkasa, Proker Masih Bertabrakan, bahkan "rebutan danusan"?
Telah menjadi masalah semenjak semester lalu, yakni pada masa kepemimpinan BEM 2018, bahwa terjadi kekurangan ruang disebabkan banyaknya kegiatan dan jadwal perkuliahan yang dipersingkat menjadi 14 minggu per semester. Kabinet Bumi Angkasa. memberi ide baru mengenai solusi permasalahan tersebut, yaitu dengan adanya Stasiun Angkasa. Namun, sistem baru ini Mendapatkan kritik dari salah satu pengguna yang merasa proker yang akan ia laksanakan mengalami bentrok ruangan dengan proker acara lainnya. Pihak BEM menjawab bahwa BO maupun Elkam di PKN STAN yang membutuhkan perizinan ruangan untuk pelaksanaan proker harus menghibungi narahubung Kementerian Interaksi setelah RKAKM. Apabila terjadi kasus dua minggu sebelum proker dilaksanakan pihak penyelenggara tidak membuat surat perizinan, ruangan tersebut dapat digunakan untuk kegiatan lain. Sebelumnya masalah "rebutan" ruang pun telah diakomodir melalui proker BEM yang bernama Elkam Union dan koordinasi dengan Kementerian Interaksi. Mengenai masalah "rebutan danus", semisal satu kelas bisa terdapat 2/3 lebih danus dengan avara yang berbeda, pihak BEM mengatakan bahwa hal itu baik sebab dengan banyaknya kegiatan justru potensi pendapatan semakin luas.

Mengapa proses kesekretariatan di BEM masih konvensional?
Kesekretariatan untuk meminta perizinan memang masih menggunakan kertas dalam pengajuannya. Hal ini dianggap kurang efektif dan efisien. Ada usulan dari pengguna layanan sekretariat BEM untuk mengganti proses via digital. Pihak BEM menanggapi bahwa yang menggunakan mekanisme digital dengan input menggunakan komputer masih pihak internal seperti Kementerian Keuangan RI. Bahkan direktur PKN STAN sendiri belum menggunakan tandatangan digital dan surat elektronik. "Internal PKN STAN aja seperti Subama belum bisa perizinan dengan digital apalagi BEM yang external," ucap Yudhi.

Pengadaan Survei Kepuasan Kinerja oleh BEM

Pihak BEM sendiri telah mengadakan survei untuk menilai tingkat kepuasan mahasiswa PKN STAN terhadap kinerja mereka melalui broadcast pada social media BEM. Menurut mereka, responden rata-rata menjawab angka 8 dari skala 1-10 sehingga kinerja cukup baik. Akan tetapi, responden berjumlah 127 per 27 April 2019 belum mewakili sepertiga suara dari mahasiswa PKN STAN. Meskipun demikian, apresiasi dari perwakilan Public Hearing 100 Hari Kinerja BEM menandakan kinerja BEM tahun ini mengalami peningkatan ke arah yang lebih baik.
Mengenai program kerja apa yang diketahui oleh mahasiswa, mayoritas responden memilih Pejuang Kebaikan dan Rumah Kongkow. Meskipun begitu, menurut Ma’ruf program kerja tidak bisa dijadikan ukuran untuk menilai kementerian mana yang kinerjanya lebih baik. “Setiap kementerian memiliki wadah pengabdian dan pengembangan masing-masing. Oleh karena itu, peran-peran dari tiap kementerian sama pentingnya,” tambahnya.




(Kontributor : Agustina Anggie Putri Maharani, Salsabila Putri Arifta)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.