menu melayang

Sunday, August 3, 2025

Kecanduan Media Sosial : Ketika Scroll Jadi Tak Terkendali


Dunia Digital yang Tak Pernah Tidur
Coba jujur: berapa lama kamu bisa bertahan tanpa membuka Instagram, TikTok, atau X (dulu Twitter)? Satu jam? Lima belas menit? Atau bahkan belum sampai lima menit kamu sudah merasa gelisah. Kita hidup di era digital yang serba cepat, di mana notifikasi seperti panggilan kecil yang sulit diabaikan. Sayangnya, di balik semua itu, ada bahaya tersembunyi: kecanduan media sosial.

Mengapa Media Sosial Begitu Menggoda?
Media sosial dirancang bukan hanya untuk menghubungkan, tapi juga untuk membuat kita bertahan selama mungkin di dalamnya. Algoritmanya pintar, selalu tahu apa yang kita suka, dan menyuguhkan konten yang sesuai dengan minat kita. Kombinasi antara dopamin (hormon kebahagiaan) yang dilepaskan setiap kali kita mendapat like atau komentar, dan desain adiktif platform, menciptakan efek mirip candu.

“Setiap kali seseorang menyukai postingan kita, otak kita merespons seperti saat kita mendapat hadiah,” ujar Dr. Anna Lembke, psikiater dari Stanford University dalam wawancaranya dengan The Guardian.
Tanda-Tanda Kamu Mungkin Sudah Kecanduan

Menurut American Psychiatric Association, seseorang dapat dikategorikan kecanduan media sosial jika:

  • Terus-menerus mengecek media sosial bahkan tanpa tujuan.
  • Merasa gelisah, cemas, atau "ketinggalan" jika tidak membuka media sosial.
  • Menurunnya konsentrasi saat belajar atau bekerja.
  • Mengabaikan hubungan sosial di dunia nyata.

Banyak anak muda mengaku kesulitan mengendalikan waktu online mereka, terutama karena fitur seperti "infinite scroll" dan autoplay video yang membuat kita lupa waktu.

Dampak Psikologis dan Sosial
Kecanduan ini bukan hanya soal waktu yang terbuang. Ada konsekuensi psikologis yang nyata, seperti:

  • Kecemasan sosial, terutama saat membandingkan diri dengan kehidupan ‘sempurna’ orang lain di Instagram.
  • Depresi, akibat tekanan untuk selalu tampil sempurna atau relevan.
  • Gangguan tidur, karena kebiasaan scrolling sebelum tidur yang mengganggu ritme sirkadian.

Menurut riset dari Journal of Social and Clinical Psychology (2018), membatasi penggunaan media sosial hingga 30 menit per hari dapat secara signifikan menurunkan tingkat kecemasan dan kesepian.

Lalu, Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Berikut beberapa strategi yang bisa kamu coba :

  1. Tentukan waktu layar (screen time) dan patuhi batasannya.
  2. Aktifkan fitur ‘Do Not Disturb’ saat belajar, bekerja, atau tidur.
  3. Unfollow akun-akun yang memicu perbandingan sosial atau perasaan negatif.
  4. Gunakan waktu luang untuk aktivitas offline: membaca, berolahraga, ngobrol langsung dengan teman.
  5. Jadwalkan detoks digital setidaknya sekali seminggu.

“Kita butuh jeda dari dunia maya agar tetap waras di dunia nyata,” kata Dr. Nadine Kaslow, psikolog klinis dari Emory University.

Penutup : Jangan Biarkan Media Sosial Mengendalikanmu
Media sosial sejatinya adalah alat—bukan penguasa. Kita bisa memilih untuk menggunakannya secara sehat, bukan diperbudak olehnya. Hidup bukan hanya soal eksistensi online, tapi juga bagaimana kita hadir penuh makna di dunia nyata.

Jadi, mulai sekarang... coba tanya diri sendiri: siapa yang mengendalikan siapa?

Kontributor: Hermanto Sinaga

Referensi Gambar: 
https://unsplash.com/id/s/foto/media-sosial

No comments:

Post a Comment

Back to Top

Cari Artikel