Dunia Digital yang Tak Pernah Tidur
Coba jujur: berapa lama kamu bisa bertahan
tanpa membuka Instagram, TikTok, atau X (dulu Twitter)? Satu jam? Lima belas
menit? Atau bahkan belum sampai lima menit kamu sudah merasa gelisah. Kita
hidup di era digital yang serba cepat, di mana notifikasi seperti panggilan
kecil yang sulit diabaikan. Sayangnya, di balik semua itu, ada bahaya
tersembunyi: kecanduan media sosial.
Mengapa Media Sosial Begitu Menggoda?
Media sosial dirancang bukan hanya untuk
menghubungkan, tapi juga untuk membuat kita bertahan selama mungkin di
dalamnya. Algoritmanya pintar, selalu tahu apa yang kita suka, dan menyuguhkan
konten yang sesuai dengan minat kita. Kombinasi antara dopamin (hormon
kebahagiaan) yang dilepaskan setiap kali kita mendapat like atau komentar, dan
desain adiktif platform, menciptakan efek mirip candu.
“Setiap kali seseorang menyukai postingan kita, otak kita merespons seperti saat kita mendapat hadiah,” ujar Dr. Anna Lembke, psikiater dari Stanford University dalam wawancaranya dengan The Guardian.
Tanda-Tanda Kamu Mungkin Sudah Kecanduan
Menurut American Psychiatric Association, seseorang dapat dikategorikan kecanduan media sosial jika:
- Terus-menerus mengecek media sosial bahkan tanpa tujuan.
- Merasa gelisah, cemas, atau "ketinggalan" jika tidak membuka media sosial.
- Menurunnya konsentrasi saat belajar atau bekerja.
- Mengabaikan hubungan sosial di dunia nyata.
Dampak Psikologis dan Sosial
Kecanduan ini bukan hanya soal waktu yang
terbuang. Ada konsekuensi psikologis yang nyata, seperti:
- Kecemasan sosial, terutama saat membandingkan diri dengan kehidupan ‘sempurna’ orang lain di Instagram.
- Depresi, akibat tekanan untuk selalu tampil sempurna atau relevan.
- Gangguan tidur, karena kebiasaan scrolling sebelum tidur yang mengganggu ritme sirkadian.
Lalu, Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Berikut beberapa strategi yang bisa kamu
coba :
- Tentukan waktu layar (screen time) dan patuhi batasannya.
- Aktifkan fitur ‘Do Not Disturb’ saat belajar, bekerja, atau tidur.
- Unfollow akun-akun yang memicu perbandingan sosial atau perasaan negatif.
- Gunakan waktu luang untuk aktivitas offline: membaca, berolahraga, ngobrol langsung dengan teman.
- Jadwalkan detoks digital setidaknya sekali seminggu.
Penutup : Jangan Biarkan Media Sosial Mengendalikanmu
Media sosial sejatinya adalah alat—bukan
penguasa. Kita bisa memilih untuk menggunakannya secara sehat, bukan diperbudak
olehnya. Hidup bukan hanya soal eksistensi online, tapi juga bagaimana kita
hadir penuh makna di dunia nyata.
Jadi, mulai sekarang... coba tanya diri sendiri: siapa yang mengendalikan siapa?
Kontributor: Hermanto Sinaga
Referensi Gambar:
https://unsplash.com/id/s/foto/media-sosial
No comments:
Post a Comment