menu melayang

Senin, 27 Desember 2021

Mewujudkan Study Life Balance di Era Pandemi Covid-19

Sumber: rotman.utoronto.ca

Pandemi covid-19 yang terjadi di indonesia memberikan dampak yang cukup signifikan pada beberapa bidang kehidupan seperti kesehatan, ekonomi, pendidikan, dan lain-lain. Penyebaran virus yang cukup cepat melalui kontak langsung antar manusia menjadi masalah yang harus diperhatikan. Beberapa kebijakan pemerintah  seperti Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) maupun Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) diterapkan dengan tujuan untuk meminimalisasi kontak langsung antar masyarakat. Atas kebijakan pemerintah tersebut, banyak pekerja yang tidak dapat bekerja secara langsung di kantor atau harus melaksanakan Work From Home (WFH). Begitu juga para pelajar, mereka tidak dapat melaksanakan pembelajaran tatap muka secara langsung di sekolah sehingga harus menerapkan pembelajaran jarak jauh

Kemajuan teknologi menjadi salah satu hal yang sangat penting pada era pandemi seperti sekarang ini, karena hal tersebut bisa menjadi solusi untuk berbagai permasalahan terkait keterbatasan kontak langsung antar manusia. Salah satu contoh nyata dalam bidang pendidikan adalah dengan memanfaatkan aplikasi seperti Zoom, Google Meet, dan Skype untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar maupun sebagai sarana diskusi. Berbagai media sosial seperti YouTube, Instagram, dan TikTok juga dapat menjadi alternatifnya. Meskipun pembelajaran jarak jauh dengan menggunakan aplikasi seperti ini tidak akan lebih efektif daripada berdiskusi tatap muka secara langsung, namun cara ini menjadi jalan keluar yang terbaik untuk mencegah penyebaran virus covid-19.

Sistem pembelajaran yang berubah karena harus menyesuaikan keadaan pada masa pandemi, pasti mempengaruhi proses belajar bagi pelajar secara personal. Setelah diterapkan hampir dua tahun, terdapat kondisi yang membuat proses pembelajaran secara daring tidak lebih efektif daripada pembelajaran secara tatap muka. Secara umum, kondisi tersebut dapat terbagi menjadi dua, yaitu pelajar menjadi lebih cepat bosan dan proses pembelajaran menjadi kurang efektif. Penjabaran dari kedua hal tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Adanya keterbatasan fasilitas. 

Tidak semua pelajar mempunyai fasilitas yang sama. Terdapat perbedaan kondisi diantara individu yang sebenarnya sangat mempengaruhi dalam mendukung pembelajaran jarak jauh, contohnya adalah kondisi laptop dan jaringan internet. Hal ini diluar kendali pihak sekolah dan tidak bisa dipaksa untuk disamaratakan pada setiap pelajar. Keadaan ini dapat beragam karena adanya perbedaan wilayah, kondisi ekonomi, dll.

  1. Lingkungan belajar yang kurang efektif. 

Selain pada poin sebelumnya, terdapat situasi lainnya yang sulit untuk dikontrol oleh siapapun, yaitu keadaan lingkungan di sekitar pelajar. Contohnya lingkungan rumah yang tidak mendukung karena tempat belajar yang tidak nyaman, ruangan yang terbatas karena semua penghuni rumah bekerja atau belajar dari rumah, lingkungan yang ramai/berisik, atau gangguan-gangguan kecil lainnya.

  1. Kurang komunikasi dan aktivitas fisik. 

Pembelajaran dengan sistem daring membuat semua urusan harus diselesaikan secara mandiri walaupun hanya dari rumah saja. Pelajar diharuskan untuk mampu mengerjakan berbagai tugas dari jarak jauh. Di situasi ini, komunikasi antara pelajar dan pengajar tidak sefleksibel pada saat tatap muka. Komunikasi ke sesama teman pun cenderung terbatas pada kepentingan yang bersifat mendesak. Begitu pula dengan aktivitas fisik yang terbatas hanya di sekitar rumah. Terkadang banyaknya tugas kuliah atau sekolah ditambah kesibukan pelajar dalam organisasi atau kepanitiaan membuat mereka tidak memiliki waktu yang cukup untuk menjalankan aktivitas lainnya.  

  1. Kurang bersosialisasi. 

Kurang berkomunikasi akan menyebabkan kurang bersosialisasi atau bergaul dengan sesama teman. Kegiatan sehari-hari seperti belajar dan mengerjakan tugas terbatas pada menatap layar laptop atau handphone. Interaksi yang intens antar pelajar pun tergantikan dengan chatting seperlunya saja. Hiburan bagi pelajar zaman sekarang pun tak terlepas dari gawai, seperti dengan bermain game online, menonton youtube, menelusuri media sosial, dll. Sehingga, hidup pelajar menjadi lebih monoton dan dipaksa keadaan untuk bergantung pada gawai.

  1. Jenuh atau bosan. 

Pada akhirnya, bebarapa kendala tersebut dapat menyebabkan ketidakseimbangan kehidupan bagi pelajar. Hingga pelajar lebih mudah merasa jenuh atau bosan dengan kesehariannya dan merasa tidak ada kehidupan yang nyata. Hal ini tentunya tidak selaras dengan konsep Study Life Balance.

Kebosanan dan kejenuhan pelajar atau mahasiswa menunjukkan bahwa mereka belum menerapkan Study Life Balance. Study Life Balance merujuk pada konsep yang diterapkan pelajar untuk menjalankan aktivitas pada aspek pendidikan dan aspek kehidupan lainnya secara harmonis. Selain kewajibannya untuk belajar, seorang pelajar juga membutuhkan aktivitas lainnya seperti bersosialisasi, menjalankan hobinya, atau membantu orang tua. Di tengah pandemi Covid-19 dengan berbagai isu-isu negatif yang terus bermunculan dan metode pembelajaran daring yang kerap kali menjenuhkan, sudah selayaknya pelajar atau mahasiswa memahami dan menerapkan Study Life Balance. Berikut berbagai cara yang dapat dilakukan untuk mewujudkan Study Life Balance.

Pertama, memperbaiki manajemen waktu. Pada prinsipnya, Study Life Balance adalah upaya membagi waktu yang dihabiskan untuk kepentingan pendidikan dan urusan pribadi atau kehidupan di luar sekolah atau kuliah secara seimbang. Manajemen waktu yang baik memiliki peranan yang sangat penting. Sebagai pelajar atau mahasiswa, memperbaiki manajemen waktu dapat dilakukan dengan membuat rencana aktivitas dan mencoba menjalankannya dengan disiplin. Rencana aktivitas dapat disusun sedemikian rupa sesuai skala prioritas dan kemampuannya masing-masing dimana kegiatan sehari-hari tidak hanya diisi oleh kelas virtual, rapat, dan mengerjakan tugas. Pembuatan rencana aktivitas tersebut juga harus didukung dengan kedisiplinan agar waktu yang sudah dialokasikan untuk aktivitas tertentu dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien.

Kedua, bertoleransi terhadap kekurangan. Sebenarnya seorang pelajar tidak dituntut untuk selalu mengerjakan tugas dengan sempurna atau selalu memperoleh nilai A. Namun tidak bisa dipungkiri seringkali terdapat pelajar yang bersedia merelakan waktu tidur dan istirahat untuk mengerjakan tugas dengan sempurna atau memperdalam materi. Hal tersebut sebenarnya kurang rasional. Ketidaksempurnaan atau melakukan suatu kesalahan adalah hal yang wajar dan bisa ditoleransi. Karena, kekurangan-kekurangan tersebut nantinya dapat menjadi bahan evaluasi seseorang untuk menjadi lebih baik ke depannya. Menjadi seseorang yang memiliki ambisi besar bukan merupakan sesuatu yang salah. Namun, sebagai manusia juga harus bersikap rasional. Kondisi kesehatan sendiri juga harus dijaga dengan memberikan waktu istirahat yang cukup. Terlebih, dalam kondisi pandemi Covid-19 seperti ini kesehatan harus lebih diperhatikan.

Ketiga, menerapkan pola hidup sehat. Sebenarnya hal ini tidak terlepas dari kedua Langkah sebelumnya. Mengalokasikan waktu untuk menjaga kesehatan seperti berolahraga dan istirahat merupakan sesuatu yang penting. Berolahraga dapat meningkatkan kebugaran dan imunitas tubuh. Kesehatan tidak hanya berupa kesehatan fisik, tetapi juga kesehatan jiwa. Maka dari itu, seorang pelajar juga perlu memperhatikan kesehatan jiwanya. Meskipun olahraga juga berpengaruh baik bagi kesehatan jiwa, jika memang diperlukan, seorang pelajar tidak ada salahnya untuk memberikan apresiasi diri atau self reward seperti berlibur ke suatu tempat wisata. Namun self reward tersebut harus dilakukan sesuai dengan kemampuannya dan tidak perlu berlebihan karena perlu diingat bahwa self reward dan perilaku hedonisme merupakan sesuatu yang berbeda. 

Kondisi pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai, ditambah dengan tugas-tugas sekolah atau kuliah yang kian menumpuk memang menjadi suatu permasalahan tersendiri bagi pelajar. Namun, jika dapat melakukan manajemen waktu yang baik dengan mengutamakan Study Life Balance, kehidupan pelajar dapat berjalan dengan lebih baik. Harus diakui prestasi akademik harus dijaga, namun manusia kodratnya merupakan makhluk sosial yang membutuhkan sosialisasi dengan individu lain dan saling membantu. Di tengah kondisi pandemi Covid-19 yang belum juga usai, pelajar tidak bisa hanya mengutamakan kegiatan yang berhubungan dengan kuliah atau sekolah saja, kondisi kesehatan masing-masing juga menjadi suatu hal yang tidak kalah pentingnya. 

Referensi :

https://www.kompasiana.com/aindrawati/60f5028770de054f40177412/study-life-balance-yuk-hidup-seimbang

http://saint.trunojoyo.ac.id/teknik-cantik/pentingnya-school-life-balance-selama-pembelajaran-daring/

Kontributor: Trianti, Rian dan Sri Mulyani


Related Post

Back to Top

Cari Artikel