Lokakarya Bahasa Isyarat: Kenal dan Pahami Tuna Rungu



Dalam rangka memperingati Disability Day, Kementrian Sosial dan Ekonomi Kreatif BEM PKN STAN mengadakan Lokakarya Bahasa Isyarat pada Sabtu (02/11/2019) di ruang I101. Lokakarya Bahasa Isyarat tersebut merupakan rangkaian dari acara Social Market Fest. Para peserta yang berjumlah 30 orang diajak oleh narasumber, Dimyati dan Nurul Aini, untuk mengenal dan mengetahui lebih dekat kehidupan tuna rungu.

Kegiatan lokakarya terdiri atas talkshow dan pengenalan sekaligus praktik bahasa isyarat. Narasumber pertama, Dimyati, menjelaskan bagaimana tentang pengalamannya menjadi tuna rungu dan akhirnya menjadi pengajar bahasa isyarat. Ia juga menekankan bahwa penyandang tuna rungu memiliki kesempatan yang sama dalam berkembang dan berprestasi.

Kegiatan dilanjutkan dengan belajar bahasa isyarat bersama Nurul Aini, istri Dimyati. Nurul Aini mengenalkan dua jenis bahasa isyarat yang ada di Indonesia, yaitu ejaan Sistem Bahasa Isyarat Indonesia (SIBI) dan Bisindo. Sistem Bahasa Isyarat Indonesia (SIBI) merupakan bahasa yang dikembangkan oleh pemerintah dan biasanya digunakan sebagai bahasa pengantar di Sekolah Luar Biasa (SLB). Sedangkan, Bisindo merupakan bahasa yang berkembang secara alami di kalangan tuna rungu dan sudah ada sejak Indonesia belum merdeka. Setelah penyampaian materi, peserta praktik secara langsung dengan bernyanyi lagu Indonesia Raya menggunakan bahasa isyarat.

Peserta kegiatan merasa mendapat manfaat dan pengalaman baru tentang bahasa isyarat dan tau bagaimana harus bersikap kepada orang penyandang tuna rungu. “Acaranya sangat bermanfaat karena banyak ilmu yang didapat dari narasumber tentang bahasa isyarat,” ucap Kevin, peserta lokakarya. “Seneng banget soal kita bisa kenal tentang bahasa isyarat,” ujar Vina. “Rasanya lebih seneng dan pengen belajar lebih banyak lagi,” tambahnya.

Nurul Aini menambahkan, bahwa sikap kita terhadap penyandang tuna rungu adalah yang paling penting. “Jika ada tuna rungu, jangan dijauhi. Dekati mereka dan ajaklah mereka untuk berkomunikasi karena dengan begitu mereka akan senang.” Ia juga mengatakan jika kita tidak bisa menggunakan bahasa isyarat dengan baik maka gunakan bahasa isyarat yang umum berdasar pemahaman kita. “Kalau mau bilang rumah, ya praktikkan seperti ini (sambil membentuk kedua tangannya menjadi segitiga), begitu seterusnya dan jangan sampai menghindar.”

Kontributor: Dedis Renaldi
Sumber foto: Dokumentasi panitia SMF

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.