Jadi Orang yang Berbeda setelah Pandemi? Bisa Saja!

Sumber: freepik.com

Setelah lebih dari setahun melanda sejumlah negara di dunia, pandemi Covid-19 masih belum menunjukkan tanda-tanda akan mereda. Bahkan, pandemi masih terus berlanjut dan jumlah kasus positif kian bertambah. Walaupun begitu, mau tidak mau kehidupan terus berjalan sehingga kita harus tetap menjalankan aktivitas secara normal untuk memenuhi kebutuhan hidup. Hal tersebut menuntut kita untuk melakukan berbagai penyesuaian atau adaptasi baru dalam seluruh aspek kehidupan di masa pandemi ini.

Perbedaan yang nyata mulai terasa ketika pemerintah memberikan imbauan kepada masyarakat untuk menjaga jarak secara fisik (physical distancing). Kebijakan tersebut memaksa seluruh aktivitas yang bersifat massal dan tatap muka ditiadakan dan diganti dengan pertemuan secara daring. Beberapa hal yang dulunya kita anggap tidak biasa kini harus kita jalani dalam kehidupan sehari-hari. Pandemi Covid-19 telah mengubah banyak hal dalam sendi-sendi kehidupan manusia.

Perubahan Fisik

Seperti yang kita tahu, keadaan pandemi telah memaksa kita lebih banyak beraktivitas di dalam rumah, mulai dari belajar, bekerja, hingga beribadah. Ketika berada di rumah, kita justru cenderung lebih banyak rebahan atau makan seenaknya. Hal ini tentu saja akan membawa pengaruh buruk bagi kesehatan dan dapat berpotensi menyebabkan ketidakaktifan pada fisik kita. Ketidakaktifan pada fisik ini dalam jangka panjang dapat menyebabkan kegemukan atau obesitas serta meningkatkan risiko seseorang untuk terserang penyakit kardiovaskular. Hal tersebut saling berkaitan karena orang yang tidak aktif cenderung mempunyai frekuensi jantung lebih tinggi sehingga otot jantung bekerja lebih keras pada saat kontraksi (Soeharto, 2004).

Untuk mengatasi hal tersebut, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menganjurkan masyarakat untuk melakukan aktivitas fisik atau berolahraga di rumah. Dengan segala keterbatasan yang ada, nyatanya kita masih bisa melakukan olahraga, seperti push-up, squat, dan lunge di dalam rumah. Bahkan, hanya dengan berdiri dan berjalan di seputar ruangan saja sudah dapat membantu melemaskan otot dan melancarkan peredaran darah. Dengan begitu, kita tidak hanya akan terhindar dari risiko obesitas maupun penyakit kardiovaskular, tetapi juga meningkatkan imunitas yang sangat diperlukan tubuh saat pandemi Covid-19.

Perubahan Mental

Selama pandemi, kesehatan mental menjadi perhatian khusus karena telah mengakibatkan peningkatan kecemasan dan gejala depresi yang cukup besar pada individu dengan kondisi kesehatan mental yang kurang stabil sebelumnya. Hal tersebut ditandai dengan beberapa dari mereka mengalami gangguan stres pascatrauma pada waktunya.

Dilansir dari artikel yang berjudul “Mental Health Considerations During COVID-19 Outbreak”, yang diterbitkan oleh World Health Organization tahun 2020, para profesional di bidang kesehatan dan perawatan sosial akan menghadapi risiko gejala psikologis tertentu, terutama bagi mereka yang bekerja di layanan kesehatan masyarakat, perawatan primer, layanan darurat dan bagian gawat darurat, serta perawatan intensif atau kritis.

WHO secara resmi telah mengakui risiko ini kepada petugas layanan kesehatan sehingga diperlukan lebih banyak cara untuk mengelola kecemasan dan stres pada kelompok profesi ini. Dalam jangka panjang, cara pengelolaan kecemasan dan stress tersebut diharapkan dapat membantu mereka terhindar dari risiko kelelahan, depresi, dan gangguan stres pascatrauma.

 

Perubahan Perilaku

Selain berdampak pada kedua hal di atas, pandemi Covid-19 juga berdampak pada perubahan perilaku manusia. Sebelum adanya pandemi ini, masyarakat pada beberapa negara di dunia kurang sadar akan pentingnya kesehatan dan kebersihan, baik kebersihan badan maupun lingkungan mereka.

Pandemi telah mengubah gaya hidup masyarakat sehingga mereka lebih sering mencuci tangan, mengenakan masker, dan hanya keluar dari rumah apabila ada kepentingan yang mendesak. Kebiasaan tersebut merupakan anjuran dari WHO (World Health Organization) untuk menekan angka penyebaran virus dan diharapkan dapat menjadi kebiasaan baru di era new normal ini.

Pandemi merupakan sejarah yang dapat berulang dan efeknya tidak dapat diremehkan karena dapat mempengaruhi seluruh populasi manusia di dunia. Perilaku dan psikologi manusia, baik di tingkat individu maupun komunitas, memainkan peran integral dalam membatasi penyebaran penyakit. Pemahaman yang kuat mengenai psikologi perilaku manusia selama pandemi dapat sangat berharga untuk menerapkan rekomendasi, yang akan memfasilitasi kepatuhan terhadap protokol kesehatan. Hal tersebut tentunya akan sangat membantu dalam membatasi dampak-dampak pandemi terhadap populasi manusia di dunia.

Pandemi sudah pasti memberikan dampak di berbagai sektor kehidupan manusia. Pandemi juga memberikan pelajaran yang berharga bagi umat manusia untuk menjadi lebih baik. Dampak pandemi yang kita rasakan harus kita waspadai dan olah sendiri agar dapat memunculkan versi terbaik dari diri kita. Mungkin sebagian dari kita menganggap bahwa pandemi telah menempatkan kita pada titik terendah dalam hidup, dengan berbagai masalah yang kita hadapi. Hal itu merupakan sesuatu yang wajar karena ada baiknya kita mulai membuka diri dan belajar dari berbagai sudut pandang lain supaya kita lekas bangkit dari keterpurukan akibat pandemi.

Jadi, apakah kita dapat menjadi orang yang berbeda setelah pandemi? Maybe, but it is better to be good.

Referensi

Peçanha, Thiago. et all. (2020). Social isolation during the COVID-19 pandemic can increase physical inactivity and the global burden of cardiovascular disease. The American Journal of Physiology-Heart and Circulatory Physiology. https://journals.physiology.org/doi/full/10.1152/ajpheart.00268.2020

Soeharto I. (2004). Pencegahan dan Penyembuhan Penyakit jantung Koroner. Jakarta: Gramedia

Cullen, Gulati, dan Kelly. (2020). Mental health in the COVID-19 pandemic. An International Journal of Medicine, Vol. 113, No. 5.

World Health Organization. (2020). Mental Health Considerations During COVID-19 Outbreak. Geneva, World Health Organization.

Philip dan Cherian. (2020). The Psychology of Human Behavior During a Pandemic. Indian Journal of Psychological Medicine, Vol. 42, Hal. 319–410.



Kontributor:
Galih Bayu Waksito
Wahyu Setyoadi

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.