Indonesia telah berdiri
selama puluhan tahun. Dalam rentang waktu tersebut, negara kita telah memiliki
beragam catatan sejarah, baik itu yang terang maupun yang kelam. Pada hari ini,
lebih dari setengah abad yang lalu, satu momen penting terjadi. Masa kepemimpinan
Ir. Soekarno berakhir, digantikan oleh Menteri Panglima Angkatan Darat saat
itu, Letjen Soeharto. Proses transisi ini ditandai dengan terbitnya Surat
Perintah Sebelas Maret atau yang biasa disingkat dengan Supersemar. Lantas,
apakah Supersemar itu?
Supersemar adalah sebuah
dokumen yang ditandatangani oleh Ir. Soekarno yang isinya memberikan wewenang
kepada Soeharto untuk mengambil tindakan yang bertujuan untuk memulihkan
stabilitas Indonesia kala itu. Akibatnya, Supersemar kemudian dilihat sebagai instrumen
kunci pengalihan kekuasaan eksekutif dari Soekarno ke Soeharto.
Munculnya Supersemar
tidak lepas dari efek kasus G30S PKI. Meskipun peristiwa kelam tersebut
berhasil ditumpas, situasi politik dan pemerintahan Indonesia masih belum
stabil. Kepercayaan rakyat kepada pemimpin yang berkuasa saat itu berkurang,
ditambah dengan kondisi inflasi yang luar biasa menimbulkan keresahan di antara
masyarakat. Puncaknya, pada 10 Januari 1966, terjadi demonstrasi besar- besaran
yang dilakukan berbagai elemen. Mulai dari mahasiswa, pelajar, hingga
masyarakat. Para demonstran menyuarakan Tritura atau Tiga Tuntutan Rakyat yang
meliputi: pembubaran PKI, mereformasi kabinet Dwikora, dan meminta penurunan
harga kebutuhan pangan.
Untuk menanggapi aksi
tersebut, diterbitkanlah Supersemar pada tanggal 11 Maret 1966. Surat ini
menjadi bukti konkret peralihan masa pemerintahan Orde Lama ke Orde Baru.
Menanggapi surat tersebut, Soeharto langsung mengambil alih pemerintahan dan
melakukan beberapa aksi nyata seperti membubarkan PKI, mengontrol media massa,
dan membersihkan kabinet dari unsur PKI.
Saat ini, versi
Supersemar yang ada merupakan versi yang dirilis oleh Markas Besar TNI Angkatan
Darat. Keberadaan naskah asli Supersemar yang diinstruksikan Soekarno di Istana
Bogor masih ditelusuri. Saat ini, Lembaga Arsip Nasional Republik Indonesia
(ANRI) menyimpan tiga versi naskah Supersemar yang didapat dari tiga sumber,
yaitu dari Sekretariat Negara, dari Pusat Penerangan (Puspen) TNI dan dari
seorang Kyai di Jawa Timur. Mengutip dari kompastv, berdasarkan uji forensik di
laboratorium Polri tahun 2012 lalu, ketiganya dipastikan bukan merupakan naskah
asli karena ditemukan kejanggalan pada lambang negara yang tidak menggunakan
kapas dan bintang. Oleh karena itu, ANRI telah menetapkan Supersemar ke dalam
daftar pencarian arsip (DAP).
Polemik Supersemar ini
membawa dampak yang cukup signifikan bagi Indonesia saat itu, yakni berakhirnya
hubungan antara Jakarta dengan Beijing yang telah dibentuk saat pemerintahan Ir.
Soekarno. Selain itu, dilakukan juga pencabutan hak dipilih dan memilih bagi
PKI dan Underbownya. Hal ini dilakukan untuk mewaspadai adanya kemungkinan pengkhianatan
di masa yang akan datang dalam bentuk gerilya politik dan ekonomi.
Sebagai generasi muda,
kita harus sadar akan sejarah dan menolak lupa atas peristiwa-peristiwa yang
menyangkut bangsa Indonesia. Dengan memahami alur sejarah, kedepannya kita
dapat menentukan langkah yang tepat bagi kemajuan bangsa. Walaupun Supersemar
menyimpan banyak misteri yang perlu dipecahkan, setidaknya kita menilik dari
sisi positifnya yang membawa kestabilan politik dan ekonomi Indonesia menjadi lebih
baik. Dengan memperingati hari yang bersejarah ini, mari bersama-sama kobarkan
semangat persatuan dan kesatuan untuk Indonesia maju.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar